Pulau yang hilang

Ingat



Ingat

0Dua hari sebelumnya,     
0

"Bangun.." Lirih seseorang dalam telinga Matt, dan seketika itu ia terbangun dengan perasaan hampa.     

Tanpa mandi dan berganti pakaian, ia lantas diiring untuk menaiki helikopter hingga akhirnya sampai di atas bangunan tempatnya banyak hari lalu bekerja.     

Seperti hari-hari sebelumnya, ia melewati beberapa penjaga dengan thermogun, pengecek suhu tubuhnya. Kedua penjaga yang tadi ada di kanan-kirinya meninggalkannya begitu saja dalam barisan panjang para abnormal.     

"Baik lanjut!" Ucap seorang penjaga pria yang baru saja melihat angka 25°C di atas layar thermogun setelah didekatkan ke dahi Matt.     

Langkah kaki berjalan seiring ruang yang tercipta saat langkah orang didepannya melaju. CC-gun kini kembali didekatkan pada dahi Matt seperti hari-hari lalu. Kini, ia tak merasakan apapun, tak seperti kemarin saat benda itu membuatnya pingsan tak sadarkan diri.     

Pintu besar telah terbuka, lebarnya bisa memuat satu mobil. Matt berjalan kaku ke dalam sana bersama rombongan abnormal lainnya, namun kini mereka tak berbaris melainkan beriringan. Ruangan luas nan kosong tercipta, hanya dinding baja dan satu pintu besar yang ada. Para abnormal memenuhi ruangan itu. Nampak seorang penjaga menempelkan telapak tangannya pada sensor samping pintu besar yang menempel di dinding baja.     

Perlahan lantai yang mereka semua pijak bergerak menuju lantai di bawahnya. Hanya hitungan detik akhirnya gerakan lantai itu terhenti setelah 5 meter menuju bawah. Lorong panjang tercipta di hadapan mereka sesaat setelah mereka terhenti dan pintu lebar terbuka secara otomatis.     

"Masuk!" Perintah seorang penjaga yang tadi menempelkan telapak tangannya ke atas sensor dinding baja. Tampak sepertiga dari para abnormal berjalan meninggalkan lantai bergerak itu menuju lorong panjang.     

Setelah para abnormal tadi memasuki area lorong, lantai itu kembali tergerak menuju ke bagian lebih bawah lagi, tentunya setelah penjaga tadi menempelkan kembali telapak tangannya ke atas sensor.     

"Masuk!!" Perintah penjaga itu lagi. Sepertiga lainnya berjalan kaku namun tegas menuju lorong lainnya yang kini sudah ada di hadapan mereka.     

Kini tinggal sepertiga dari semua abnormal yang ada di atas lantai bergerak itu, termasuk Matt yang masih ada disana.     

"Masuk!!" Perintah lagi penjaga itu setelah lantai itu bergerak ke bawah untuk ketiga kalinya. Sebagian dari sepertiga tadi masuk menuju ruangan lebih luas lainnya yang terpampang di hadapan. Ruangannya lengang, hanya ada beberapa meja dan peralatan kelistrikan disana.     

Matt masih berpijak diatas lantai itu dengan sebagian lain para abnormal. Kini lantai itu kembali bergerak, menuju lantai paling bawah dengan jarak yang lebih dari lantai sebelumnya. 8 meter lantai itu bergerak perlahan hingga akhirnya terhenti di hadapan pipa-pipa besar yang beraturan di sekelilingnya.     

Matt dan sebagian abnormal lainnya berjalan memasuki area itu. Pipa berukuran besar di sekitar mereka kini. Beberapa penjaga di setiap sudut lantai itu.     

Matt dengan peralatan mengelasnya, pelindung wajah, sinar putih menyengat saat alat mengelas di tangannya menyambungkan beberapa benda dari besi baja.     

Para abnormal bekerja seakan sudah tahu apa yang harus dikerjakan tanpa penjaga ataupun orang normal lain memberitahu mereka. Ternyata, setelah CC-gun didekatkan ke dahi mereka, saat itu pula perintah dan semua tata cara pengerjaan masuk dalam otak mereka. Tercerna begitu cepat, diolah hingga pekerjaan lebih efektif dan waktupun lebih efisien.     

Para penjaga dengan penutup wajah hanya mematung di sudut, mungkin hanya sesekali mereka tampak berbincang dan bersenda gurau, setelah itu mereka kembali mematung memperhatikan setiap pekerjaan para abnormal yang nampak di mata mereka.     

Suara yang terdengar hanya suara-suara deru mesin las, beberapa pukulan benda yang tak beraturan, dan decitan dari kunci inggris dan baut.     

Matt masih dengan peralatan las nya. Di belakangnya seorang pria dengan mata sayu dan tangannya yang memegang erat kunci inggris untuk menguatkan beberapa baut pipa yang terlepas. Punggung mereka hampir berbenturan hanya berjarak 5 cm untuk saling membentur.     

"Auww!!" Jerit Matt saat cipratan las yang tak sengaja mengenai lengannya yang tak tertutup kaos. Lonjakan tubuhnya tak bisa dikendalikan sehingga menyenggol punggung pria di belakangnya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Tanpa sengaja kunci inggris yang tadi ia genggam terlepas saat dirinya terjatuh karena senggolan Matt.     

Matt pun ikut terjatuh saat tubuhnya kehilangan keseimbangan karena lonjakan tadi. Tatapan mereka kosong betul meskipun terjatuh ataupun kesakitan. Benar-benar abnormal sekali.     

Cyuss...     

Tanpa sengaja baut yang sedang dikuatkan oleh pria tadi ikut terjatuh karena Matt yang tak sengaja menyenggol punggungnya. Semburan gas menyebar lewat celah kecil seukuran baut 3 cm. Matt yang jatuh tepat dibawahnya tak sengaja menghirup semburan dari gas yang keluar dari pipa.     

Pening dirasa kepalanya, denging di telinganya sangat bising, pandangannya membuyar, lintasan memori tiba-tiba hadir, tubuhnya hampir bisa dikendalikan lagi, namun saat ia hendak terbangun, ia malah kembali terkulai.     

Para penjaga dari setiap sudut berkumpul mengerumuni Matt yang sudah tak sadarkan diri. Beberapa orang segera menutup kembali semburan gas itu dengan baut dan mengencangkannya dengan kunci inggris dengan cepat agar tak terhirup lagi oleh para abnormal lainnya. Baiknya para penjaga mengenakan pelindung wajah yang sangat tertutup, sehingga gas itu tak akan terhirup oleh mereka.     

"Kembali bekerja!" Perintah seorang penjaga yang kemudian kembali menuju sudut ruangan setelah mengencangkan baut yang lepas tadi.     

Sebagian lainnya membawa Matt menuju ruang perawatan yang ada di lantai paling atas dengan tandu darurat yang ada di lantai itu.     

"Cepat tangani dia! Dia menghirup gas itu!" Pinta seorang Penjaga pada Dokter berkulit hitam.     

Matt kembali sadar meski hanya beberapa persen tingkat kesadarannya. Matanya tak sengaja menangkap seorang berpakaian serba putih yang berlawanan dengan kulitnya. Rambut keritingnya dan wajah dengan beberapa kerutan.     

"Beri dia oksigen!" Pinta Dokter itu dengan tegas dan terkesan terburu-buru.     

Semburan gas yang tak sengaja terhirup olehnya, membuatnya hampir bisa mendapatkan ingatan dan kendali atas dirinya. Lintasan kepingan ingatan berlalu lalang dalam benaknya. Kepalanya terasa bertambah berat kini. Tangannya kuasa digerakkan memegangi kepalanya yang kini kian memberat dirasa.     

"Aaaa!!!" Teriaknya seiring dengan kehilangan kesadaran penuh akan diri Matt.     

~~~     

"Apa dia sudah sadar?" Tanya seseorang yang terdengar jelas di telinga Matt.     

Matanya perlahan terbuka, terlihat dalam pandangannya beberapa penjaga mengerumuni tempatnya terbaring kini.     

"Apa yang terjadi padanya, Dok?" Suara lain terdengar berat di telinga Matt.     

"Dia akan baik-baik saja," Timpal Dokter itu.     

"Aku dimana?" Tanya Matt tanpa terbata yang membuat semua orang yang mengerumuninya bertanya-tanya.     

"Kenapa dia, Dok?" Tanya salah seorang.     

"Apa dia kembali menjadi normal?" Tanya lainnya.     

"Sepertinya dia kembali normal," Sahut seorang lainnya.     

Matt semakin kebingungan, ia tak ingat apa yang terakhir kali terjadi padanya hingga ia terbaring di tempat itu. 'Dan kenapa orang-orang ini mengerumuninya dan malah seperti tidak senang melihatnya sadar?' Tanya Matt dalam hatinya. Ia memandangi semua orang berpelindung wajah di hadapannya sehingga ia tak bisa mengenali mereka lewat wajahnya. Tegap badan mereka pun hampir serupa. Hingga beberapa lintasan memori kembali hadir dalam benaknya.     

~~~     

"Pergi, Matt!! Pergi!!" Suruh seorang pria paruh baya yang sudah tak berdaya terbaring di tanah.     

"Kakek!!" Teriaknya dalam jendela dari bilik kamarnya. Ia melihat Sang Kakek terbaring di pekarangan gersang mereka.     

Saat hendak melompat melewati jendela untuk menolong kakeknya, Ia melihat segerombolan penjaga dengan kostum serupa mencekoki kakeknya dengan benda semacam nebulizer. Dan seketika itu kakeknya tak sadarkan diri, terkulai di atas tanah gersang.     

Matt hanya diam dalam biliknya. Mungkin kini nyawanya akan juga terancam. Sepertinya mereka akan melakukan hal sama padanya.     

~~~     

"Aaaa!!" Teriak Matt yang seketika membuat mereka terfokus pada Matt setelah banyak perdebatan yang terjadi tentang dirinya.     

Dokter segera memeriksa Matt dengan stetoskop yang melingkar di lehernya. Setiap organ vital di cek olehnya. Sampai suatu saat ia terhenti dengan semua kegiatannya, dan memandang semua penjaga itu.     

"Apa yang terjadi, Dok? Apa dia masih abnormal?" Tanya seorang pria dengan pelindung wajah yang menempel di kepalanya.     

"S-sepertinya dugaan kalian benar," Timpal Dokter itu dengan perasaan sedih.     

"Maksudnya? Dia kembali menjadi normal, Dok?" Tanya pria itu lagi untuk meyakinkan.     

Sang Dokter hanya menimpali mereka dengan satu anggukan saja. Yang menandakan, jawaban 'Ya' bagi pertanyaan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.