Pulau yang hilang

Hampir saja



Hampir saja

0"Cepat jalan!!" Suruh seorang penjaga dengan pelindung wajah sehingga tak bisa dikenali oleh siapapun bahkan suara mereka terdengar serupa.     
0

Matt dengan pandangan kosongnya mempercepat langkah kaki yang sebelumnya sangat lamban. Lirikan matanya tak henti meliuk ke berbagai arah. Memperhatikan setiap detailnya dengan pekat dan tentunya tanpa sepengetahuan penjaga di belakangnya.     

Bangunan besar tengah laut itu tempat Matt dan manusia abnormal lainnya bekerja tanpa imbalan. Mereka hanya diberi makan siang seadanya oleh penguasa. Dan tentunya hal itu membuat untung bagi para pembesar.     

'Sampai kapan aku harus tetap seperti ini?' Gerutunya dalam hati sembari terus melangkah dalam sebuah barisan panjang para abnormal yang juga sama-sama merupakan pekerja tanpa upah dalam bangunan itu.     

Sebuah benda bernama thermogun diletakkan tepat didepan dahinya. Suhu tubuh mereka di cek berkala saat tiba ataupun pulang oleh Para penjaga. Kernyitan dahi tiba-tiba tercipta dari penjaga yang baru saja mendekatkan benda itu ke dahi Matt.     

'Astaga! Apa yang harus aku lakukan?' Benaknya lagi-lagi dibuat bingung kali ini. Bagaimana tidak, saat semua manusia abnormal bersuhu tubuh dibawah 25 derajat, sedangkan ia bersuhu manusia normal, dan tentu saja hal itu bisa membuat para penjaga curiga karena ia bisa ketahuan kalau ia sudah kembali menjadi manusia normal.     

Pandangannya tetap kosong demi mencegah kecurigaan yang lebih dari pejahat dihadapannya kini. Dalam hatinya, ia berharap mereka tak menyadari perubahan pada diri Matt tersebut.     

"Lanjut!" Perintah penjaga itu yang membuat hati Matt lega tak karuan. Ia pun melangkah kaku seperti manusia abnormal lainnya untuk melakukan pengecekan selanjutnya.     

Lagi-lagi diri Matt dibuat bingung dan cemas. Karena pengecekan selanjutnya akan lebih mendalam. Dalam hatinya, ia tak berhenti berharap semoga mereka tak sadar akan perubahannya tersebut. Sebisa mungkin ia tetap berlaga seperti para manusia abnormal yang ada di depan dan di belakangnya.     

"Lanjut!" Perintah penjaga yang kini hanya berjarak 4 manusia abnormal dihadapannya. Hatinya makin gelisah meski tak tergambarkan di raut wajah.     

4 pria gagah dengan langkah yang lamban dan tatapan yang kosong melompong sudah enyah dari hadapannya. Mereka masuk melalui gerbang besar tempat mereka bekerja.     

"Lanjut!" Ucap penjaga itu, dan kini giliran dirinyalah yang ditempeli benda semacam thermogun lagi namun lain fungsi, mereka menyebutnya CC-gun. Benda itu bisa memberi para penjaga informasi tentang orang yang ditempeli benda bernama CC-gun itu, sekaligus sebagai pemberi perintah pada para abnormal.     

Trid..     

Bunyi tegas meski pelan terdengar dari benda itu sesaat setelah benda itu ditempelkan ke dahi Matt. Pening terasa secara tiba-tiba, pandangannya menjadi buram, telinganya ditusuk dengung yang entah datang dari mana.     

"Dokter! Dok! Dia bangun dok!" Teriak seorang wanita saat melihat Matt kembali membuka matanya setelah beberapa hari terlelap tak sadarkan diri.     

Tak berapa lama, pria dengan seragam serba putih mendekat ke tempat Matt tengah terbaring kini.     

"Ah rupanya kau telah bangun, apa yang kamu rasakan?" Tanya sang dokter.     

'Tunggu! Kenapa dia bertanya seolah tahu kalau aku manusia normal?' Tanya hatinya. Ia belum juga menjawab pertanyaan pria berkumis tebal dihadapannya itu. Ia tetap memasang pandangan kosongnya, karena semua manusia normal masihlah musuhnya.     

Gerakan kepala dan kedua alis yang diarahkan pada wanita di hadapannya membuat wanita berseragam penjaga dengan pelindung wajah di tangannya itu dengan cepat melangkah menuju pintu masuk dan menutupnya rapat.     

Lantas wanita itupun berjalan menutup pintu yang hanya berjarak 3 meter dari ranjang tempat Matt terbaring. Sesaat setelah wanita itu menutup pintu, Dokter pria di samping Matt mulai berbicara dengan nada pelan.     

"Tenang saja, kamu aman disini," Ucapnya dengan bibir yang didekatkan ke telinga Matt.     

Mata Matt dengan cepat melirik Dokter itu yang masih terdiam di depan telinganya, tanpa menggerakkan kepalanya sedikitpun.     

"Sudah Matt! Kamu tak perlu bersandiwara lagi," Ucap wanita penjaga secara tiba-tiba dan hal itu membuat Matt semakin yakin kalau mereka sudah mengetahui perubahan padanya. Tapi ia tetap bersikukuh pada sandiwaranya disana. Tatapannya masih berusaha kosong, tanpa ekspresi.     

"Tenang, kita akan jaga rahasia ini," Bisik Dokter pria disampingnya.     

Hati Matt seketika itu lega. Ia menghapus setiap sandiwara dari wajah orientalnya kini. Peregangan wajah dilakukannya barusan setelah sekian lama hanya memasang wajah datar.     

Tiba-tiba saja Matt kembali menimbulkan banyak kecurigaan dalam hatinya, 'Bagaimana kalau mereka hanya berpura-pura? Dan akhirnya aku dikurung atau bahkan dihukum mati,'     

Matanya mendelik curiga pada kedua orang tersebut. Hingga Sang Dokter kembali berbisik untuk meyakinkannya, "Aku di pihakmu kini, rahasia ini aman diantara kita, kau akan bebas nanti, percayalah!"     

"Kenapa?" Tanyanya dengan tatapan mata yang dengan cepat mengarah pada Dokter disampingnya itu.     

"Kenapa aku harus percaya padamu?!" Tegas Matt yang kini tatapannya berubah menjadi sangat tajam.     

Sang Dokter melirik terlebih dulu Wanita penjaga yang ada di seberang ranjang, sebelum akhirnya kembali memberikan penjelasan pada Matt,"Dengarkan aku! Kita akan mulai bersandiwara lagi, kau dengan keabnormalanmu, dan aku tetap sebagai dokter yang menanganimu, dan kau tenang saja karena aku tak akan mengungkapkan yang sebenarnya pada mereka,"     

"Dan dia, wanita yang menyelamatkanmu dari perdebatan para penjaga lain diluar sana akan perubahanmu. Berterima kasihlah padanya," Lanjut Pria itu dengan tangan kanan yang diarahkan pada wanita di hadapannya.     

Matt hanya menatap wanita itu dengan tatapan curiga lengkap dengan alis tebalnya yang terangkat sebelah. Namun, tak begitu lama, akhirnya ia memberikan ucapan terima kasih dari mulutnya karena bagaimanapun hal itu membuatnya sedikit lega. Senyuman manis tercipta dari pria itu ke arah eanita penjaga yang tak ia ketahui namanya itu.     

Cklek..     

Pintu ruangan itu tiba-tiba dibuka oleh seseorang tanpa permisi. Namun untungnya, Matt dan dua orang lain didalamnya menyadari langkah kedatangannya dari bayangan yang tercipta dibalik jendela bertirai di samping pintu masuk. Dengan cepat Matt kembali berbaring dan siap dengan semua sandiwaranya.     

"Bagaimana keadaannya?" Tanya pria itu datar dan tegas.     

"Dia baik-baik saja, dia hanya mengingat secercah masa lalunya" Timpal Dokter berkulit hitam yang tak disangka Matt akan menjawab seperti itu.     

"Maksudmu?" Tanya lagi Pria penjaga berwajah garang tadi.     

"Ya.. Dia hanya mengingat lintasan ingatan dalam benaknya," Jelas Dokter itu.     

'Kenapa dia menjawab seperti itu?' Kesal Matt dalam keterbaringannya.     

"Tapi tenang saja, dia akan kembali pulih dan masuk kerja lagi besok," Lanjut Sang Dokter.     

Raut wajah tak peduli terpasang di wajah Pria gagah tanpa pelindung kepala itu, "Hmm.. Oke!". Lalu ia kembali melewati pintu yang tadi dimasukinya tanpa permisi tadi, namun sebelumnya ia nampak berbisik pada wanita penjaga yang berdiri di samping kiri ranjang Matt, lepas itu ia kembali melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan mereka bertiga lagi.     

Perlahan Matt membuka matanya, menatap sinis Dokter pria di samping kanannya. "Kenapa kau menjawab seperti itu?" Tanyanya saat itu juga.     

Dokter itu memandang balik Matt dengan tatapan heran, "Lalu? Kau mau buat mereka curiga padaku?"     

Matt hanya membalas dengan tatapan bingung sekaligus penasaran pada kelanjutan penjelasan Sang Dokter.     

"Kalau aku bilang langsung pada mereka kalau kau baik-baik saja, itu bisa membuat mereka tahu kalau aku membohongi mereka, ingat! Mereka bukan orang bodoh, mereka juga tahu apa yang akan terjadi jika benda itu membuatmu pingsan, mereka mencurigaimu," Jelas Dokter itu seraya berjalan meninggalkan ruangan.     

Matt hanya menatapi langkahnya. Ia tak mampu lagi menimpali penjelasannya. Dalam benaknya ia berkata, 'Benar juga pria itu, aku harus lebih pandai kali ini,'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.