Pulau yang hilang

Hmm...Andre memang pandai



Hmm...Andre memang pandai

0"Dimana pria brengsek itu?!!", tanya Max kesal. Tak berhasil ia temukan baik Dr. Ben ataupun Beno.     
0

Di sisi lain, Beno berusaha untuk diam agar tempat ia sembunyi tidak diketahui oleh Max. Ia bersembunyi di ruangan gelap tempat para makhluk menyeramkan berdiam. Bahkan ia tak bisa melihat bagian tubuhnya sendiri, apalagi melihat apa yang ada di sekitarnya.     

Dengan kekuatan otaknya yang hapal letak lemari-lemari tempat para makhluk menyeramkan terpajang. Ia tahu dimana ia harus bersembunyi. Ia hanya mampu meraba semuanya. Tapi hapal letaknya.     

Ruangan penuh makhluk menyeramkan itu cukup luas. Berukuran 5 m x 5 m. Ya...Cukup luas untuk tempat makhluk menyeramkan beristirahat. Lemari-lemari pajangan itu di pinggir ruangan, di depan setiap bidang dinding. Dan di bagian tengah ada meja bundar berukuran 40 cm dengan tombol merah di atasnya yang tertutup kaca berbentuk silinder. Di bagian depan meja itu terdapat hurup timbul bertuliskan angka '3204'.     

3204?     

Angka ini terdengar tak asing sepertinya.     

Beno bersembunyi di balik lemari pajangan yang ada di sudut kanan ruangan itu. Ia juga berdoa mohon perlindungan pada Alloh SWT. Semoga ia bisa selamat dari kejaran Max.     

Suara gaduh masih terdengar dari para penjaga dan juga Max. Mereka sepertinya masih mencari-cari Beno di ruangan itu. Namun, beberapa saat kemudian, suara gaduh itu hilang. Sepertinya telah aman. Akhirnya Beno keluar dari tempat persembunyiannya itu. Ia melangkah pelan sambil meraba-raba benda di sekitarnya.     

Tapi, tiba-tiba....     

Brugh....     

Beno terjatuh menabrak kaca lemari pajangan, kakinya tersandung lemari pajangan sepertinya. Dan tanpa sengaja juga ia menekan beberapa tombol lemari panjangan itu.     

"Aaaaaaa!!!!!!", teriaknya . Saat tangan Beno tak sengaja menekan beberapa tombol di depan lemari pajangan yang tanpa sengaja juga membuat lemari pajangan itu terbuka. Dan Beno masuk ke dalam lemari itu. Tapi, bukan hanya satu tombol yang ditekan Beno, melainkan beberapa. Ia juga tak sengaja menekan tombol jatuhkan di depan lemari itu. Hingga membuatnya terjatuh ke lubang yang menuju ruang eksperimen seperti manusia abnormal tadi.     

Bruk...     

Beno kembali terjatuh tepat di belakang manusia abnormal yang berubah jadi ganas. Rasa terkejut ditambah keringat dingin bercucuran saat Beno terbangun dari jatuhnya dan melihat ke arah depannya, ternyata ia dan manusia abnormal ganas yang hampir menerkam Dr. Ben ada di dalam ruangan yang sama. Jangan sampai makhluk itu menerkam Beno juga. Jangan sampai.     

Jantungnya terus berdegub kencang, rasa takutnya kian bertambah, tapi untungnya, makhluk itu sepertinya tengah tertidur.     

Beno mencoba membebaskan dirinya dari sana. Ia mencoba membuka pintu dimana Dr. Ben juga membebaskan dirinya dari sana tadi.     

'Bagaimana cara membukanya ini? Kok gak ada pegangannya', gumam Beno sambil mencoba mencari cara membuka pintu itu.     

Ia mencoba mengingat bagaimana tadi Dr. Ben membukanya. Seingatnya, tadi saat Dr. Ben masuk melalui pintu itu, ia tak menutup rapat pintunya. Sehingga Dr. Ben bisa dengan cepat keluar dari ruangan berbahaya itu.     

Lalu bagaimana dengan dirinya? Masa iya dia harus mengorbankan dirinya?     

Gak! Dia harus bisa mencari jalan keluarnya. Tapi bagaimana? Beno hampir putus asa, ia duduk di samping pintu keluar itu. Meratapi nasibnya, menghayal bagaimana jika diterkam makhluk ganas itu.     

Lantas ia memejamkan matanya beberapa saat.     

Tiba-tiba...     

" Astaga! Beno!", teriak Dr. Ben dari ruang di seberang tempat Beno termenung.     

Dr. Ben segera berlari menuju pintu masuk ruangan berpenghalang kaca itu. Menarik tuas di tengah kemudi pembuka pintu itu. Dan menarik Beno keluar dari sana.     

Beno terkejut atas tindakan Dr. Ben yang terjadi tiba-tiba itu. Karena sedari Dr. Ben datang pun ia tak menyadarinya. Ruangan kaca itu kedap suara. Jadi Beno tak bisa mendengar suara apapun dari luar ruangan itu.     

Setelah mengeluarkan Beno, Dr. Ben segera mengunci lagi pintu ruangan itu.     

" Beno! Kamu gak papa kan?", tanya Dr. Ben.     

Wajah Beno terlihat lesu, ketakutan, dan pucat pasi. Bibirnya bergetar. Ia hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Dr. Ben.     

" Ya sudah ayo! ", ajak Dr. Ben yang membantunya berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Tapi... Belum juga mereka keluar dari sana, Beno berkata, " Dokter! Tunggu! Tadi Max sedang memburu kita! Sepertinya dia tahu rencana kita".     

Dr. Ben tak tahu sama sekali jika Max sedang mengejar mereka. Karena tadi saat dia menuju ke ruangan ini tidak ditemukan sama sekali tanda-tanda perburuan Max. Makanya saat Beno memberitahu hal tersebut, Dr. Ben agak terkejut hingga langkah mereka terhenti.     

" Bisa-bisa kita masuk penjara lagi", ucap Dr. Ben.     

Mereka terdiam beberapa saat. Beno melepas tangannya dari genggaman tangan Dr. Ben.     

"Kita harus mempercepat rencana ini", usul Dr. Ben.     

"Apa?", tanya Beno.     

" Iya! Kita harus mempercepat ini, kita buat kedatangan kepala desa itu spesial di mata Max", singkat Dr. Ben.     

"Maksudmu?", tanya Beno lagi yang belum juga megerti rencana Dr. Ben.     

Dr. Ben mulai kesal pada Beno. " Ahh.. Kamu ini. Sini aku bisikkan rencananya", jawabnya.     

Telinga Beno mendekat ke mulut Dr. Ben. Saat itu juga Dr. Ben membisikkan rencana yang ada di benaknya.     

"Oke, oke nanti akan ku atur tentang itu", jawab Bebo sesaat setelah mengerti apa yang direncanakan Dr. Ben. " Tapi kali ini bagaimana kita pergi dari sini?", sambungnya.     

"Kita tinggal saja disini. Kamu temani aku", jawab Dr. Ben.     

"Tapi,, aku butuh laptop untuk menjalankan rencana ini, aku juga butuh charger untuk ponselku", tegas Beno yang masih keukeuh ingin keluar dari ruangan itu.     

Dr. Ben mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu charger dan sebuah laptop. " Gunakan ini", ucap Dr. Ben.     

Beno segera mengambil pemberian Dr. Ben itu. Dr. Ben menerima itu dari Andre saat ia meninggalkan ruangan ini setelah beberapa saat sebelumnya ia meninggalkan Beno di ruangan tersebut.     

Kenapa Andre memberikannya?     

_______________________________     

Jadi, sedari pagi, ia mencari Beno. Karena laptopnya terus berbunyi, sudah ia hubungi tapi tak juga tersambung. Dan kebetulan saat Dr. Ben tengah menuju ke kamarnya untuk menenangkan diri lebih dulu, ia bertemu dengan Andre di jalanan aspal pemisah gudang dan bunker.     

"Dr. Ben! Dokter! Tunggu", seru Andre sembari menyusul Dr. Ben.     

Dr. Ben yang mendengar seruan Andre, langkahnya terhenti. Ia menoleh ke arah sumber suara itu. Ia melihat seorang pria tengah berlari menuju padanya sembari menenteng tas jinjing seukuran laptop.     

"Mau apa Andre bawa-bawa tas segala", gerutu Dr. Ben pada dirinya sendiri.     

Jarak antara Andre dan Dr. Ben telah dekat. Sehingga Andre memperlambat larinya. "Ada apa Dre?", tanya Dr. Ben.     

"Apa kamu tahu dimana Beno? ", tanya balik Andre.     

"Tadi ada di labku", jawab Dr. Ben.     

"Tolong berikan ini pada Beno ya? Tolong!! Aku lagi banyak kerjaan", pinta Andre.     

Dr. Ben sebenarnya tak berniat kembali lagi ke lab itu hari ini, tapi karena ia dibujuk berkali-kali oleh Andre, akhirnya ia pun mau memenuhi permintaan Andre itu.     

Dengan terpaksa, Dr. Ben harus kembali lagi ke lab itu, untuk memberikan tas yang dibawa Andre pada Beno. Tas itu ditentengnya di pundak. Lalu melangkah kembali masuk ke bunker. Dan berjalan kembali menuju labnya.     

__________________________________     

"Oh.. Seperti itu", singkat Beno setelah mendengarkan cerita Dr. Ben.     

Beno pun membuka tas itu. Mencharger handphone nya. Lalu mengeluarkan laptop dari dalam tas itu, dibukalah laptop itu oleh Beno.     

Beno melihat ada banyak pesan masuk ke akun milik Max. Dan salah satunya dari Kepala desa. Ia membuka pesan itu yang berisi:     

:man:: "Selamat sore, Max. Saya mendapat permintaan dari putri saya, Elia. Ia minta jika Max benar-benar menginginkannya, Ia ingin segera menikah denganmu. Itu sebagai tanda bukti jika Max benar-benar mencintainya. Sebelumnya saya minta maaf jika lancang membicarakan ini, tapi itulah yang diinginkan elia. Ia juga berpesan, kalau bisa nikahi ia minggu-minggu ini. Hormat saya, Kepala desa "     

:person:: "Saya benar-benar mencintai Elia. Saya akan melakukan apapun yang dia inginkan".     

:man: : "Syukurlah jika kamu mengerti apa yang Elia inginkan. Bagaimana jika pernikahan itu dilangsungkan minggu ini. Nanti kami akan datang ke bunker. Nak Max tolong siapkan segalanya ya".     

:person: : " Bukannya harus banyak persiapan yang harus kita rundingkan?"     

:man: : " Elia menyerahkan semuanya padamu. Terserah bagaimana dirimu konsepnya"     

:person: : " Baiklah, akan saya coba usahakan minggu ini akan berlangsung"     

Pesan berakhir setelah Max berucap seperti itu. Kini Max harus sibuk mengatur pernikahannya.     

"Ini kan.. ", ucapan Beno terjeda oleh Dr. Ben yang tahu apa yang ada dipikiran Beno. " Rencana yang aku bicarakan padamu ", singkat Dr. Ben.     

"Sebenarnya itu rencana Andre. Tadi dia memberitahuku hal itu, dan Andre yang berencana membuat sibuk Max dan memerintah Kepala desa untuk melakukan hal itu, agar kita bisa leluasa menjalankan rencana ini", jelas lagi Dr. Ben.     

"Hmm...Andre memang pandai", ucap Beno.     

Mendapat berita itu, membuat semangat kembali membara 3 sekawan itu. Mereka akan kembali menancap gas demi membebaskan warga desa. Dan tentunya diri mereka sendiri.     

Dr. Ben kembali meneliti dan merancang ramuan penawar. Ia kembali mencampur beberapa cairan yang masih tersisa. Tapi satu hal yang ia butuhkan kali ini. Warga desa yang berstatus sebagai Manusia abnormal. Sedangkan warga desa satu-satunya yang terkurung, sudah terubah ganas olehnya. Apa mungkin di ruangan makhluk sampel masih ada manusia abnormal?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.