Pulau yang hilang

Candra melarikan diri



Candra melarikan diri

0Setelah menyetujui tawaran Max. Max meminta para penjaganya untuk membebaskan Beno, Candra, Dr. Ben dan Arash. Lalu meminta mereka untuk menghadap kepada Max.     
0

Beberapa penjaga menuju ke lantai tempat Beno dan yang lainnya ditahan. Pria berseragam lengkap dengan senjata dan badan tegapnya berjalan paling depan, sepertinya ia Komandannya para penjaga. Ia yang paling bertanggung jawab diantara para penjaga. Dan dia adalah orang yang sama dengan orang yang membuka sensor pengunci pintu. Yang suaranya mirip Max.     

" 1, 2, 3, 4", ucap pria itu. Saat itu juga pintu sel Beno, Candra, Dr. Ben, dan Arash terbuka. Angka yang diucap pria gagah itu adalah nomor sel mereka.     

Sebelum mereka keluar, setiap sel dijaga satu penjaga untuk mengawal Beno, Candra, Dr. Ben, dan Arash.     

Candra yang melihat pintu terbuka lebar, ia berlari dengan gesitnya keluar dari pintu sel itu. Melewati penjaga yang menunggunya diluar sel. Tak hanya diam melihat Candra berlari kabur, penjaga itupun mencoba mengejar Candra yang berlari menuju lift.     

Beno yang melihat Candra melarikan diri, ia berteriak pada Candra, "Candra!! Berhenti!!". Tapi Candra tak mendengar ucapan Beno. Ia terus berlari menuju lift.     

Satu lift kosong. Candra menambah kecepatan berlarinya agar bisa tiba di lift sebelum orang lain. Pria yang sedang mendorong troli yang penuh dengan kardus hendak masuk ke lift. Candra yang melihatnya, ia semakin kencang berlari, tapi pria itu sudah masuk ke pintu lift. Dan akhirnya masuk, tapi sebelum pintu lift dari kaca itu tertutup, kaki Candra menahannya.     

Pintu lift kaca pun terbuka lagi. Dan masuklah Candra ke dalam lift itu sebelum penjaga yang mengejarnya semakin dekat.     

Akhirnya lepaslah Candra dari cengkeraman penjaga yang mengejarnya itu. Juluran lidahnya keluar, sebagai ledekan untuk penjaga yang mengejarnya.     

Penjaga itupun mencoba mengejarnya, tapi semua lift penuh.     

"Sial!", gerutu penjaga yang tak berhasil mengejar Candra itu. Ia terpaksa harus menunggu sampai lift kosong. Ia juga segera mengambil tindakan lain, menghubungi penjaga lain di setiap penjuru lantai.     

Candra bingung, kemana ia harus pergi kali ini. Matanya melirik tumpukan kardus yang dibawa pria disampingnya. Terbersit niatan untuk masuk ke dalam kardus itu. Tapi ia memikirkan niatan itu lebih jauh lagi.     

" Cegat lift D! Jangan sampai lolos!! ", ucap si Komandan ke handytalkynya sambil mengejar Candra lewat lift lain.     

Max yang tahu akan hal itu, ia meminta para pengawas untuk mengetahui ke lantai mana lift itu menuju. Dan lift itu menuju lantai dibawah ruangan kerja Max berada kala itu. Max segera menuju lantai itu diikuti penjaga lain. Menjaga ketat di bagian luar lift D. Lift yang ditumpangi Candra dan pria pembawa troli.     

7...6...5...4...3.. dan...tringg...terbukalah pintu lift itu.     

Semua penjaga telah menodongkan senjata ke arah lift itu. Pria pembawa troli itu terkejut dan segera mengangkat tangan. Memandangi semua orang yang ada di hadapannya hendak menembak dirinya.     

" Mana pria itu?", ucap Si Komandan penjaga setelah mendapati Candra tak ada di dalam lift itu.     

"Kemana dia?" , ucapnya sekali lagi sambil menatap tajam pria pembawa troli. Ia yakin kalau pria itu menyembunyikan Candra. " Geledah dus-dus ini", perintahnya.     

Semua penjaga yang ada disana menggeledah isi kardus. Mulai dari kardus paling besar sampai yang paling kecil. Tapi usaha mereka hanya sia-sia saja.     

" Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu!", ucap Komandan itu pada pria pembawa troli.     

Lantas kemanakah Candra? Bersembunyi dimana ia? Lift itu terbuat dari kaca transparan. Dan tak ada satupun penjaga yang melihat dia pergi dari lift itu.     

Max marah dan meminta semua penjaga mencarinya sampai dapat. " Kalian ini kerja gak becus!!! Cari dia sampai ketemu!!", bentaknya.     

Semua penjaga segera berpencar menyusuri setiap sudut lantai, sudut ruangan, sampai sudut benteng.     

~~~     

Saat semua sedang berusaha mencari Candra. Candra tengah bersusah payah menaiki tangga yang begitu banyaknya.     

Tangga? Dimana ia? Jadi saat ia di dalam lift, pria pembawa troli itu tampak mengantuk sekali, sampai ia tak menyadari ada Candra di dalam lift itu. Candra terhalang oleh tumpukan kardus yang dibawanya. Saat itu juga, ia melihat semacam celah berbentuk persegi di bagian belakang lift itu. Ia mencoba menekannya.     

Plak     

Itu sebuah pintu kecil, dan..ia melihat deretan besi semacam tangga tersusun vertikal. Dan itu benar- benar tangga. Tapi ruangan berisi tangga itu tidak transparan seperti lift. Tangga itu tertutup. Jarak dari pintu kecil yang dibuka Candra ke deretan besi yang dilihatnya, kira-kira 1/2 meter. Ia berpikiran untuk melompat. Tapi...itu sepertinya malah akan mencelakainya. Karena ukuran pintu itu hanya cukup dimasuki bila tubuhnya merunduk. Ia kembali mengurungkan niatnya. Ia tak jadi melompat.     

Lift terhenti. Di lantai yang dituju si pria pembawa troli. Saat itu juga Candra membuka pintu kecil di lift yang ia temui tadi. Sebelum para penjaga memergoki, Candra telah menutup rapat pintu yang ia masuki.     

~~~     

Para penjaga terus mencari. Sampai ke penjuru bangunan yang Max miliki. Sedangkan Candra masih berusaha menaiki tangga-tangga itu. Hingga akhirnya     

Ahhh Akhirnya, sampai juga, ucap Candra saat melihat deretan tangga itu sudah tinggal 5 buah lagi. Dan ada pintu berbentuk bulat berpegangan semacam kemudi tepat di atas tangga itu.     

Setelah tanggannya meraih pegangan kemudi itu, ia berusaha memutar benda yang sudah lama tak digunakan sepertinya. Berkarat pada besinya. Tapi masih berfungsi.     

Srettt..     

Pintu itu terbuka dan Candra segera keluar dari sana dengan hati-hati tentunya. Saat ia keluar, ternyata ia ada di Helipad tepatnya di atas Bunker milik Max. Candra tak tahu apa yang harus ia lakukan kini. Ia mengintip dari atas sana dengan posisi tengkurap di ujung atap beton Bunker. Di sekitar Bunker telah dipenuhi para penjaga yang tadi berusaha mencari Candra. Sehingga jika ia turun pun, pasti akan tertangkap oleh mereka. Ia semakin bingung. Ia masih tengkurap di ujung atap tadi sambil memikirkan cara untuk melarikan diri dari sana.     

"Hei!!! Dia disana!!, teriak salah satu penjaga yang melihat keberadaan Candra di Helipad.     

Candra jadi panik mendengar teriakan salah satu penjaga itu, ia berlari tak karuan dari ujung atap beton tempat ia mengintip tadi.     

Ia bingung, benar-benar bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Para Penjaga tengah berlari ke arahnya. Membawa senjata lengkap. Ia berlari ke ujung lain atap itu. Ke ujung yang berhadapan dengan sungai deras.     

Ya.. Ia berpikir untuk melompat saja jika tak ada pilihan lain.     

"Menyerahlah! Tuan!", ucap salah satu penjaga yang baru tiba di Helipad.     

Candra menggelengkan kepalanya, ia tak mau menyerah pada penjaga itu, ia tak mau menyerah pada Max.     

Ia benar-benar sudah ada di ujung atap bunker yang digunakan sebagai Helipad itu. Hidupnya dipertaruhkan kini.     

Menyerah?     

Atau..Melompat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.