Pulau yang hilang

Masuk



Masuk

0Setelah melewati banyak rintangan, bahkan bahaya pun dilalui bersama. Mobil box pun terhenti dan Akhirnya mereka tiba di dekat gerbang masuk lab milik Max.     
0

Lab itu punya benteng beton yang sangat sulit ditaklukkan, banyak penjaga di sekelilingnya. Membentang lebar, entah berapa meter, tapi yang pasti itu sangat panjang. Pintu masuknya hanya ada satu, di bagian depan saja. Tapi tenang saja, Dr. Ben tahu jalan mana yang harus mereka lalui agar aman dari para penjaga.     

"Ayo! Ikuti aku!", perintah Dr. Ben.     

Semuanya berjalan mengikuti Dr. Ben. Arash dibelakangnya, Andre masih dengan tongkatnya, diikuti Beno dan Candra untuk berjaga di bagian belakang. Mereka berjalan menuju bagian samping benteng. Disana sangat jarang ada penjaga. Mungkin hanya 1 sampai 2 penjaga saja.     

Semakin dekatlah mereka dengan bagian samping benteng itu. Dan hanya ada 2 penjaga disana.     

Hh. Sangat mudah kalau hanya menaklukan mereka, batin Candra. Tapi meski begitu, mereka harus tetap hati-hati.     

Candra dan Beno berjalan santai menuju kedua penjaga itu. Mereka tampak tenang. Mereka akan membereskan kedua penjaga itu dulu. Nanti setelah aman, mereka akan menyuruh Dr. Ben, Arash, dan Andre kesana. Semakin dekat mereka menuju penjaga-penjaga itu. Membuat penjaga-penjaga itu ingin tahu apa maksud Candra dan Beno kesana.     

"Hei! Kalian! Mau apa kesini?", tanya salah satu penjaga dengan lantang.     

Tapi Beno dan Candra berpura-pura tak mendengar perkataan penjaga itu. Mereka terus saja berjalan semakin dekat ke penjaga yang tadi bertanya. Dan tanpa basa-basi lagi, Candra memukul wajahnya. Hingga membuat penjaga itu jatuh tersungkur. Lalu..     

Dorr...     

Ia menembak penjaga itu. Melihat temannya diperlakukan seperti itu, penjaga satunya lagi mendekat diam-diam ke arah Beno dan Candra yang sedang menghabisi temannya itu. Saat jarak mereka agak dekat, Pistol ditodongkan ke arah Candra. Pelatuk mulai ditarik, dan...     

Doorr.....     

Penjaga itu terjatuh karena saat itu juga Beno berbalik ke arah penjaga yang akan menembak Candra kemudian menembaknya.     

Ujung pistol ditiup Beno layaknya koboi yang berhasil menembak targetnya. Kemudian siulan dari mulut Candra keluar, tanda bahwa bagian itu telah aman dari penjaga.     

Dr. Ben dan Arash membantu Andre berjalan agar lebih cepat. Mereka mendekat ke bagian samping benteng. Saat Dr. Ben dan Arash serta Andre sudah tiba di bagian samping, dari arah lain datang beberapa penjaga setelah tadi mendengar suara tembakan Beno.     

Dr. Ben yang tahu letak jalan masuk ke lab, segera ia mencari-cari letak pintu itu. Pintu yang terbuat dari lempeng besi berukuran 100 cm x 100 cm itu terletak di bagian bawah benteng samping.     

"Sial !! Dimana pintu itu?", ucap Dr. Ben kesal sambil terus mencari pintu itu.     

Akhirnya ia bisa menemukannya, tapi tak ada pegangannya sama sekali. Jadi ia tak bisa membukanya. Ia pun meminta bantuan pada teman-temannya, " Bantu aku membukanya".     

Di sisi lain, para penjaga yang menuju ke arah mereka semakin mendekat. Dan mereka belum bisa membuka pintu itu. Mereka masih mencari alat untuk bisa membukanya.     

Beno mengalihkan pandangannya ke sekitar. Ia melihat benda panjang semacam tongkat tergeletak. Ia berlari untuk membawanya. Setelah membawanya ia kembali ke benteng. Benda itu adalah linggis berujung cukup tajam. Ia menyerahkannya pada Dr. Ben, "Pakai ini, Dok!".     

Dr. Ben menerimanya, dan segera menggunakannya untuk membuka pintu itu. Karena kekuatan kedua tangan Dr. Ben saja belum cukup, ia dibantu oleh teman-temannya yang lain. Dan..     

Plak...     

Pintu itu terbuka. Dengan segera Dr. Ben masuk, diikuti Arash, kemudian Andre, mereka merangkak ke dalam karena ukuran lubangnya tak muat jika mereka berjalan. Saat Candra dan Beno hendak masuk, para penjaga yang tadi hendak kesana telah tiba dan mendapati orang asing, Beno dan Candra disana.     

"Angkat tangan! Serahkan diri kalian! Atau kalian akan mati!", ucap penjaga dengan lantang.     

Beno dan Candra tak bisa berbuat banyak, mereka hanya terpaku disana sambil mengangkat kedua tangan mereka. Dr. Ben, Arash dan Andre yang telah masuk khawatir akan Beno dan Candra. Tapi Andre meminta agar mereka tetap meneruskan perjalanan saja. Pintu berukuran 1 m2 tadi ditutup kembali olehnya untuk meninggalkan jejak. Ia yakin Beno dan Candra akan baik-baik saja. Jika nanti ia telah masuk, ia akan segera menemui adiknya, Max dan memintanya untuk membebaskan Beno dan Candra.     

Jadi, Andre, Dr. Ben dan Arash terus melanjutkan perjalanan mereka memasuki lorong sempit itu.     

Para penjaga telah mengepung Beno dan Candra.     

Mereka mengelilingi Beno dan Candra dengan alat persenjataan lengkap. Sehingga jika Beno dan Candra melawan, nyawa bisa jadi taruhannya. Mereka hanya bisa pasrah saja, mengikuti instruksi penjaga-penjaga itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.