Pulau yang hilang

Kebetulan atau memang sudah tahu?



Kebetulan atau memang sudah tahu?

0"Cari mati kau ya?!!" Ujar Bonar dengan tatapan tampak marah kepada Langit.     
0

"Ngapain kau disana tadi?" Tambahnya dengan lirih.     

Langit hanya menunduk takut pada Bonar, sebelum akhirnya ia buka suara,"A.. Aku cuma penasaran saja, hehe.."     

Bonar hanya membuang muka setelah mendengar jawaban dari Langit yang menjawab sembari menggaruk kepalanya tanpa merasa gatal.     

"Hmmmmm" Tukasnya.     

"Yakin cuma penasaran?" Tanya Bonar membuat Langit benar-benar kehabisan kata-kata.     

Langit terdiam sejenak. Namun aksi terdiamnya itu terhenti saat Bonar menariknya untuk kembali masuk ke dalam Ruang makan tadi dimana Langit ditinggalkan oleh Bonar disana.     

"Com!! Bereskan tugasmu!" Tegas Bonar sambil menarik masuk Langit ke dalam ruang makan yang masih berserakan.     

'Aduhhh.. Bagaimana ini? Bagaimana kalau aku berhasil ditemukan dan ditangkap? Aku kan belum tahu sebenarnya tempat apa ini,' Gumam Langit.     

"Hayooo cepat!! Biar aku bantu kau yaa.. 1 jam lagi harus selesai ini," Tegas lagi Bonar dan kini membuat Langit tergerak memulai kembali pekerjaan yang ditinggalkannya beberapa waktu lalu.     

Bonar dan Langit membersihkan piring-piring di atas meja dan menyerahkannya pada petugas cuci piring di belakang dapur. Kini mereka tengah mengelap meja tersebut agar kembali bersih dan menatanya dengan rapi kembali.     

Kala mereka menata meja-meja dan membersihkannya, Langit berniat curi-curi informasi dari Bonar terkait ruang itu, "Bang, ngomong-ngomong kenapa aku gak boleh masuk ruang tadi ya?"     

Bonar belum menyahut, ia tetap fokus pada pekerjaannya.     

Namun Langit berpindah membersihkan meja agar lebih dekat dengan Bonar, siapa tahu ia tak mendengar ucapannya tadi dan ia pun mengulang pertanyaanya.     

"Bang! Kenapa bang aku gak boleh masuk ruangan itu? Sampai abang bilang cari mati segala?" Tanya Langit lebih serius.     

Bonar masih dengan kain lap yang ia gosok-gosokkan ke bagian atas meja agar kembali mengkilap. Namun kali ia ia mengucapkan sesuatu, "Kau tak tahu?"     

Pertanyaan Bonar membuat Langit semakin penasaran dan menghentikan pekerjaannya sekejap. Ia menatap penuh Bonar tanda ia butuh jawabannya.     

"Kau benar-benar ingin tahu?!" Tanya Bonar yang membuat Langit semakin menengadah dan menatap Bonar serius.     

Bonar menghentikan pekerjaannya pula dan mulai menatap balik Langit. Langit sudah siap mendengarkannya dengan serius lengkap dengan tatapan seriusnya. Bonar menghela napas panjang seolah hendak berkata sebuah kalimat panjang dan lebar.     

"Kau tau tak?! Aku baru saja membersihkan tempat itu? Kalau kau ketahuan bisa dicurigai kau!" Tegas Bonar yang membuat Langit tersentak.     

Langit memundurkan tempatnya berdiri selangkah lalu kembali melaksanakan pekerjaannya. Ia cukup terkejut mendengar jawaban dari Bonar barusan. Ia kira ia akan mendengar jawaban yang bisa membantunya menemukan identitas terkait bangunan apa itu. Namun ternyata, tidak sama sekali.     

"Aishh.. Kau ini!" Sambung Bonar saat Langit telah menjauh dari tempatnya, mungkin terbatas 20 meja ke arah utara dari tempatnya membersihkan meja kini.     

"Kalau aku suruh kau disini, kau disini saja! Jangan kau pergi kemana-mana, ikuti saja perintahku, aku sudah mengatur semuanya, agar kau..." Tukas Bonar yang terhenti kata-katanya entah kenapa.     

Bonar sepertinya merasa lega saat Langit ternyata sudah berada jauh dari dirinya, dan mungkin Langit tak mendengar ucapan Bonar barusan.     

Namun ternyata dugaan Bonar salah, Langit masih dapat mendengar ucapannya, dan mulai menyahut selang 2 menit kemudian, "Agar aku apa?!"     

"Agar aku apa maksud kau?!" Alih Bonar sambil menoleh ke arah Langit.     

'Aihh.. ternyata dia masih bisa mendengar suaraku rupanya,' Bisik batin Bonar.     

"Tak.. Tak apa," Dalih Langit yang sama-sama mengalihkan pertanyaanya tadi.     

'Baiklah kau hanya menjawab seperti itu, Langit', Lega batin Bonar.     

Pekerjaan mereka selesai tepat satu jam kemudian, dimana makanan sedap pun sudah tersedia di meja panjang sepanjang ruangan itu dari depan ke belakang. Langit sampai ngiler kala itu melihatnya, ia tampak seperti orang yang tak pernah makan selama 1 minggu dan malah terdiam di hadapan makanan sedap itu.     

"Sedang apa kau?! Cepat kita keluar!" Ucap Bonar yang mengejutkan Langit kala membayangkan betapa lezatnya makanan-makanan itu.     

Benar saja, kala mereka mulai hendak melangkah menuju pintu, orang-orang mulai masuk dan berdatangan kemudian menempati meja dan kursi yang tersedia.     

Langit dan Bonar terus melangkah sampai terhenti di belakang pintu, mengingat masih banyak orang-orang berdatangan. Tanpa sengaja, kala mereka menunggu orang-orang itu masuk semuanya, Bonar dan Langit mendengar percakapan seseorang yang sepertinya pernah Langit dengar suaranya sebelumnya.     

"Sial! Kenapa rekaman cctv-nya harus tak ada saat anak itu kabur?! Jangan-jangan? Ada yang sudah terlebih dulu menghapusnya?!" Kesal pria itu.     

Mata Langit tampak sedikit terkejut kala mendengarnya, namun bukan hanya tatapan Langit, melainkan tatapan Bonar pun sama.     

Tak lama setelah pria yang nampak kesal itu masuk, gerombolan orang yang masuk tak nampak lagi. Barulah Langit dan Bonar keluar dari sana. Langit hanya mengikuti langkah kemana Bonar melangkah. Sambil menenteng peralatannya, mereka melangkah menempuh lorong yang sama seperti yang mereka lewati saat awal.     

'Rekaman cctv saat aku melarikan diri tak ada? Siapa yang menghapusnya?' Tanya batin Langit.     

Tibalah mereka di depan ruang janitor tempat peralatan mereka diletakan kembali. Setelah menyimpan peralatan itu, Langit tak tahu harus melakukan pekerjaan apalagi, ia pun bertanya," Bang, tugasku apalagi?"     

"Aihh... Lupa kau ternyata," Timpal Bonar.     

"Kau balik kamar sajalah, tugas kau sudah cukup buat hari ini, masih semangat saja kau ternyata, semalam kau sudah kerja banyak, masih nambah siang tadi saja," Tambahnya.     

"Hehe.." Kekeh Langit sambil menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tak gatal.     

Sebenarnya jika mau ke kamar yang disebut Bonar, Langit tak tahu dimana keberadaannya. Ia pun hendak memutuskan untuk ikut sajalah kemana Bonar pergi.     

"Terus Bang Bonar mau kemana?" Tanya Langit basa-basi.     

"Aku mau istirahat ke kamar juga sambil tunggu mereka beres makan, nanti sekitar satu jam lagi, aku balik kesana lagi bereskan bekasnya macam tadi," Jelas Bonar.     

"Kau mau balik kamar juga kan macam aku bilang tadi? Yoo bareng aja," Sambung Bonar mengajak Langit menuju ke kamar yang Langit tak tahu ada dimana, dan untungnya Bonar hendak ke kamar juga. Entah memang suatu kebetulan atau memang ia tahu apa yang sebenarnya ada dalam hati Langit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.